Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak berbagai kegiatan masyarakat terhadap keanekaragaman herpetofauna di Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWAGM). Lokasi penelitian berada di Kampung Ayambori (kegiatan perkebunan), Kampung Idimek (kegiatan penebangan pohon) dan hutan dalam TWAGM (baseline). Pengambilan contoh dilakukan secara stratified random sampling, pada batas kegiatan masyarakat dan TWAGM pada jarak 0 m, 300 m dan 600 m tegak lurus ke dalam TWAGM. Shannon-Weiner Diversity Index (H’) digunakan untuk menghitung keragaman spesies dan t-test untuk melihat perbedaan keragaman spesies antar lokasi sampling. Tercatat 18 spesies herpetofauna dari 8 famili, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh kegiatan masyarakat terhadap keragaman herpetofauna. Spesies-spesies herpetofauna yang ditemukan pada daerah yang ada aktivitas masyarakat (Kampung Ayambori dan Kampung Idimek) berbeda dengan spesies yang ditemukan di hutan TWAGM yang sangat minim aktivitas masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan masyarakat di sekitar TWAGM berdampak pada keanekaragaman jenis dan komposisi jenis pada lokasi tersebut.
Referensi
Both, A. F., Westerdahl, D., Fruin, S., Haryanto, B., & Marshall, J. D. (2013). Exposure to carbon monoxide, fine particle mass, and ultrafine particle number in Jakarta, Indonesia: Effect of commute mode. Science of The Total Environment, 443, 965–972. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2012.10.082
Cámara-Leret, et al. (2020). New Guinea has the world’s richest island flora. Nature, 584(7822), 579–583. https://doi.org/10.1038/s41586-020-2549-5
Doan, T. M. (2003). Which Methods Are Most Effective for Surveying Rain Forest Herpetofauna? on JSTOR. JSTOR, 37(1), 72–81. https://www.jstor.org/stable/1565833
Gardener, M. (2017). Statistics for Ecologists Using R and Excel; Data Collection, Exploration, Analysis and Presentation (2nd Edition). Pelagic Publishing.
Hamidy, A., & Mulyadi. (2007). Herpetofauna di Pulau Waigeo. In biologi.lipi.go.id (pp. 1–53). Museum Zoologicum Bogoriense. http://biologi.lipi.go.id/zoologi/images/file_download/herpet/laporan/herpetofauna_waigeo_papua.pdf
Imbiri, S. (2015). Pengelolaan Kawasan Hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja di Kabupaten Manokwari. Jurnal Kehutanan Papuasia, 1(1), 36–52. https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.Vol1.Iss1.27
Juniarmi, R., Nurdin, J., & Zakaria, I. Z. (2014). Kepadatan Populasi dan Distribusi Kadal (Mabuya multifasciata. Kuhl) Di Pulau-pulau Kecil Kota Padang. Jurnal Biologi UNAND, 3(1), 51–56. https://doi.org/10.25077/JBIOUA.3.1
Kartikasari, S., Marshall, A., & Beehler, B. M. (2012). Ekologi Papua. Yayasan Obor Indonesia.
Krebs, C. J. (1999). Ecological Methodology (2nd, berilustrasi ed.). Benjamin/Cummings.
Krey, K., & Burwos, H. (2019). Herpetofauna Fak Fak. Prosiding Seminar Nasional MIPA UNIPA, 4(1), 11–28. https://prosiding.fmipa.unipa.ac.id/index.php/SNMIPAUNIPA/article/view/26
Kusrini, M. D., & Mulyani, Y. A. (2009). Pedoman Penelitian dan Survei Amfibi di Alam. Fakultas Kehutanan IPB.
Mack, A. L., & Alonso, L. E. (2000). A biological assessment of the Wapoga River area of northwestern Irian Jaya, Indonesia. Conservation International.
Magurran, A. E. (1988). Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton University Press.
Menzies, J. I. (1976). Handbook of Common New Guinea Frogs. Wau Ecology Institute .
Shafer, C. L. (1990). Nature reserves: Island Theory and Conservation Practice. Smithsonian Institution Press.
Stebbins, R. C., & Cohen, N. W. (1997). A Natural History of Amphibians. Princeton University Press.

Karya ini dilisensikan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.