Konstruksi Etnoteknokonservasi Burung Pintar (Amblyornis Inornata) di Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak

Abstrak

Etnoteknokonservasi secara ideal terjadi ketika manusia secara berulang harus menyesuaikan diri dengan sistem alam dan harus mengizinkan lingkungan hutan hadir dalam pikiran masyarakat itu sendiri. Kajian ini bertujuan untuk mengkonstruksikan kearifan lokal suku Arfak dalam pemanfaatan dan pelestarian burung pintar (Bowerbird) di kawasan Cagar Alam (CA) Pegunungan Arfak. Dari 9 (sembilan) persarangan burung pintar yang ditemukan tersebar di gunung Kongoi Mokwam, ditemukan simbol etika budaya lokal suku Arfak dari proses adaptasi dan interaksi dengan alam lingkungannya. Hasil kajian menemukan bahwa kearifan lokal dalam pemanfaatan dan pelestarian burung pintar merupakan proses kreasi sosial. Adaptasi kreasi sosial masyarakat suku Arfak terhadap lingkungan akan menghasilkan bentuk-bentuk interaksi yang pada awalnya berfokus pada pemanfaatan bagi pemenuhan subsisten, kemudian beralih menjadi konsep pelestarian lokal dalam wujud simbol larangan berupa bagian tubuh hewan dan tumbuhan yang dipengaruhi oleh perubahan lingkungan alam dan kehadiran pihak luar dalam menentukan perubahan terhadap pelestarian burung pintar. Simbolisasi tanda larangan merupakan wujud etnoteknokonservasi suku Arfak dalam mendukung konsep “Igya ser Hanjob” yaitu menjaga batas keberadaan burung pintar di kawasan CA Pegunungan Arfak sebagai identitas dan entitasnya yang masih dipertahankan hingga sekarang.

https://doi.org/10.47039/ish.1.2019.1-9
PDF

Referensi

Agustono, U. (2014). Biografi Zeth Wonggor Pergulatan Hidup Sang Pemburu Bidadari Arfak. Medium.

Ahimsah-Putra, & Sri, H. (1985). Etnosains dan Etnometodologi: Sebuah Perbandingan dalam Masyarakat Indonesia (Cetakan ke). LIPI Press.

Arif, S. (2015). Interaksionisme Simbolik: Perspektif Sosiologi Modern. Avepress.Com; avepress.com. https://www.avepress.com/interaksionisme-simbolikperspektif-sosiologi-modern/

Awang, S. A. (2006). Sosiologi Pengetahuan Deforestasi: Konstruksi Sosial dan Perlawanan. Debut Press.

Bennett, J. W. (2017). The Ecological Transition: Cultural Anthropology and Human Adaptation. Routledge.

Conklin, H. C. (1955). Hanunóo Color Categories. Journal of Anthropological Research, 42(3), 441–446. https://doi.org/10.2307/3630047

Frake, C. Ο. (1968). Readings in the Sociology of Language. In J. A. Fishman (Ed.), Readings in the Sociology of Language. DE GRUYTER. https://doi.org/10.1515/9783110805376

Geertz, C. (1983). Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Bhratara Karya Aksara.

Kaplan, D., & Manners, A. A. (1999). Teori budaya. Pustaka Pelajar.

Karpouzoglou, T., & Zimmer, A. (2016). Ways of knowing the wastewaterscape: Urban political ecology and the politics of wastewater in Delhi, India. Habitat International, 54(2), 150–160. https://doi.org/10.1016/j.habitatint.2015.12.024

Keraf, A. S. (2010). Etika lingkungan hidup. Penerbit Buku Kompas.

Laksono, P. M., Rianty, A., Hendrijani, A. B., Gunawan, Mandacan, A., & Mansoara, N. (2004). Igya Ser Hanjop: Masyarakat Arfak dan Konsep Konservasi. Pusat Studi Asia Pasifik, Universitas Gadjah Mada.

Leopold, A. C. (2004). Living with the Land Ethic. BioScience, 54(2), 149–154. https://doi.org/10.1641/0006-3568(2004)054[0149:lwtle]2.0.co;2

Liu, J., Ouyang, Z., & Miao, H. (2010). Environmental attitudes of stakeholders and their perceptions regarding protected area-community conflicts: A case study in China. Journal of Environmental Management, 91(11), 2254–2262. https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2010.06.007

Mansoben, J. R. (1995). Sistem Politik Tradisional di Irian Jaya. LIPI-RUL.

Pratt, T. K., Beehler, B. M., Bishop, K. D., Coates, B. J., Diamond, J. M., Lecroy, M., Anderton, J., Coe, J., & Zimmerman, D. A. (Dale A. (2014). Birds of New Guinea (2nd, direvisi ed.). Princeton University Press.

Radcliffe-Brown, A. R. (2008). Structure and Function in Primitive Society: Essays and Addresses (cetak ulang). Free Press.

Rudito, B., & Famiola, M. (2008). Social Mapping: Metode Pemetaan Sosial: Teknik Memahami Suatu Masyarakat atau Komuniti. Rekayasa Sains.

Soeprapto, R. (2002). Interaksionisme Simbolik: Perspektif Sosiologi Modern. Averroes Press dan Pustaka Pelajar.

Spradley, J. P. (1997). Metode Etnografi . (Edisi kedua). Tiara Wacana.

Steward, J. H. (1936). The Economic and Social Basis of Primitive Bands. https://books.google.co.id/books/about/The_Economic_and_Social_Basis_of_Primiti.html?id=pH02nQEACAAJ&redir_esc=y

Sunaryo, & Joshi, L. (2003). Peranan Pengetahuan Ekologi Lokal dalam Sistem Agroforestri. In Bahan Ajaran Agroforestri (Bahan Ajar, p. 40). World Agroforestry Centre (ICRAF). http://old.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/lecturenote/LN0007-04.pdf

Ungirwalu, A., Awang, S. A., & Togede, M. J. (2018). Etnobotani Buah Hitam: Konstruksi Etnoekologi Etnis Wandamen-Papua. Deepublish.

Creative Commons License

Karya ini dilisensikan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.